Pesawat Rakit




Pesawat Rakit di Atas Awan


Di SMA 1 Kota Magelang, ada seorang siswi bernama Sin Sin. Ia dikenal sebagai anak yang pendiam dan sering melamun. Teman-temannya sering menjulukinya "Si Pemimpi". Namun, Sin Sin tidak peduli. Ia memiliki dunianya sendiri, sebuah dunia yang hanya bisa ia masuki ketika ia menatap langit.


Setiap hari sepulang sekolah, Sin Sin akan duduk di lapangan belakang sekolah, menatap langit biru yang luas. Ia selalu membawa sebuah pesawat rakit kecil berwarna merah. Pesawat rakit itu adalah pemberian ayahnya saat ia masih kecil. Ayahnya pernah berkata, "Pesawat rakit ini akan membawamu ke tempat yang tak pernah kau bayangkan."


Suatu hari, saat Sin Sin sedang asyik menerbangkan pesawat rakitnya, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Pesawat rakit itu terbang tinggi, hampir menghilang di antara awan. Sin Sin mencoba menariknya, tapi talinya putus. Pesawat rakit itu melayang jauh, menghilang di balik awan.


Sin Sin merasa sedih. Pesawat rakit itu adalah hadiah spesial dari ayahnya. Tanpa berpikir panjang, ia berlari mengejar pesawat rakit itu. Ia melewati halaman sekolah, melintasi jalan-jalan kecil di Kota Magelang, dan akhirnya tiba di sebuah bukit yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.


Di atas bukit itu, Sin Sin melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. Ada sebuah pintu kecil yang terbuat dari kayu, tertanam di tanah. Pintu itu terlihat tua dan penuh dengan ukiran aneh. Dengan rasa penasaran, Sin Sin membuka pintu itu dan menemukan sebuah tangga yang menuju ke bawah.


Tanpa ragu, Sin Sin menuruni tangga itu. Ia tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan pesawat rakit dari berbagai bentuk dan warna. Di tengah ruangan, ada seorang perempuan tua yang sedang duduk di atas kursi kayu.


"Selamat datang, Sin Sin," kata perempuan itu dengan suara lembut. "Aku sudah menunggumu."


Sin Sin terkejut. "Siapa Anda? Bagaimana Anda tahu nama saya?"


Perempuan itu tersenyum. "Aku adalah penjaga pesawat rakit. Setiap pesawat rakit yang hilang di dunia atas akan datang ke sini. Dan kamu, Sin Sin, telah dipilih untuk menyelesaikan misi penting."


"Misi? Apa misi saya?" tanya Sin Sin bingung.


"Kamu harus menemukan pesawat rakit merahmu. Tapi hati-hati, di sini ada banyak rintangan. Kamu harus menggunakan imajinasimu untuk melewatinya."


Sin Sin mengangguk, meski masih bingung. Ia mulai berjalan menyusuri ruangan itu, melewati pesawat rakit yang bergantungan di langit-langit. Tiba-tiba, ia mendengar suara gemuruh. Sebuah badai besar muncul di depan matanya. Angin kencang menerpa, mencoba menghalangi langkahnya.


Sin Sin teringat kata-kata ayahnya. Ia menutup mata dan membayangkan dirinya sebagai pesawat rakit. Tiba-tiba, ia merasa tubuhnya menjadi ringan. Ia terbang melawan angin, melewati badai dengan mudah.


Setelah badai berlalu, Sin Sin tiba di sebuah taman yang indah. Di tengah taman itu, ia melihat pesawat rakit merahnya tergantung di sebuah pohon besar. Dengan hati-hati, ia mengambilnya.


"Sekarang, kembalilah ke duniamu," kata suara perempuan tua itu. "Dan ingat, imajinasi adalah kunci untuk mencapai mimpi-mimpimu."


Sin Sin mengangguk dan menutup matanya. Ketika ia membuka matanya lagi, ia sudah kembali di bukit itu. Langit sudah mulai gelap, dan ia menyadari bahwa ia harus pulang.


Sejak hari itu, Sin Sin berubah. Ia tidak lagi pendiam. Ia mulai bercerita tentang petualangannya kepada teman-temannya. Meski banyak yang tidak percaya, mereka terpesona oleh cerita-ceritanya. Sin Sin pun menjadi lebih percaya diri dan aktif di sekolah.


Dan setiap kali ia melihat langit, ia tahu bahwa di balik awan-awan itu, ada dunia lain yang menunggu untuk dijelajahi.


Tamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abdullah

IUP UGM